Senin, 15 Mei 2017

Hepatitis A, B & C

HEPATITIS A
Hepatitis A merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis tipe A dan menyerang sel-sel hati manusia. Setiap tahunnya di Asia Tenggara, kasus hepatitis A menyerang sekitar 400.000 orang per tahunnya dengan angka kematian hingga 800 jiwa. Sebagian besar penderita hepatitis A adalah anak-anak.
Hasil gambar untuk hepatitis a
Gejala awal yang dapat muncul meliputi demam, mual, muntah, nyeri pada sendi dan otot, serta diare. Ketika organ hati sudah mulai terserang, ada beberapa gejala lain yang akan muncul, yaitu urine berwarna gelap, tinja berwarna pucat, sakit kuning dan gatal-gatal. Selain itu, daerah perut bagian kanan atas juga akan terasa sakit terutama jika ditekan.
Tetapi tidak semua pengidap mengalami gejala hepatitis A. Karena itu, penyakit ini kadang sulit untuk disadari. Hanya satu dari sepuluh penderita hepatitis A di bawah umur 6 tahun yang mengalami sakit kuning. Sedangkan pada remaja dan orang dewasa, penyakit ini biasanya menyebabkan gejala yang lebih parah dan 70 persen di antaranya akan mengalami sakit kuning.
Tidak seperti dua jenis hepatitis lainnya yakni hepatitis B dan hepatitis C, infeksi akibat hepatitis A ini tidak menyebabkan gangguan hati jangka panjang (kronis), dan jarang berakibat fatal. Namun, hepatitis A dapat menyebabkan munculnya gejala kerusakan hati akut, yang mana cukup berbahaya dan berpotensi mengancam nyawa.
Penyebab dan Penularan Hepatitis A
style="background-color: white; border: 0px; color: black; cursor: pointer; font-family: museosans300, sans-serif; font-size: 16px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;" target="_blank">Penyebab penyakit ini
 adalah virus hepatitis A yang dapat menyebar dengan sangat mudah. Cara penyebaran utamanya adalah melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi oleh tinja pengidap hepatitis A. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan penyebaran virus ini meliputi:
§  Sanitasi yang buruk.
§  Kontak langsung dengan pengidap.
§  Berbagi jarum suntik.
§  Berhubungan seks dengan pengidap, terutama seks anal.
§  Pria yang berhubungan seks dengan sesama pria.
§  Bekerja di area yang berhubungan dengan kotoran, misalnya selokan.
Langkah Pengobatan Hepatitis A
Penyakit ini tidak memiliki langkah penanganan khusus karena sistem kekebalan tubuh akan melenyapkan virus dengan sendirinya.
Namun, dokter mungkin akan meresepkan obat untuk meringankan gejala-gejala yang dialami pengidapnya. Penanganannya meliputi mengonsumsi obat pereda gatal, sakit, mual dan muntah sesuai dosis. Organ hati juga perlu dibiarkan untuk beristirahat misalnya dengan tidak mengonsumsi minuman keras dan berhati-hati dengan obat-obat yang bisa berdampak pada hati.
Waktu yang dibutuhkan pengidap untuk pulih sepenuhnya dari penyakit ini biasanya beberapa bulan. Pengidap yang berhasil sembuh total akan memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit ini.
Risiko Komplikasi Hepatitis A
Infeksi hepatitis A umumnya tidak menyebabkan penyakit hati jangka panjang (kronis) dan jarang yang berakibat fatal. Meski demikian, penyakit ini berpotensi menyebabkan gagal hati terutama pada mereka yang telah mengidap penyakit hati sebelum terinfeksi hepatitis A dan penderita manula. Selain itu, pada sebagian penderita infeksi ini bisa kambuh atau kembali lagi.
Cara-cara Mencegah Hepatitis A
Karena penyebaran utamanya adalah melalui konsumsi sesuatu yang terkontaminasi, langkah utama pencegahan hepatitis A adalah dengan menjaga kebersihan. Langkah ini dapat dilakukan dengan mudah, misalnya selalu mencuci tangan, menghindari konsumsi makanan mentah atau kurang matang serta menghindari konsumsi air mentah yang tidak terjamin kebersihannya.

Selain itu, vaksinasi hepatitis A juga dapat mencegah penyakit ini. Terutama bagi mereka yang memiliki risiko tinggi seperti orang yang mengidap penyakit hati kronis, serta pengguna jarum suntik yang tidak steril.

HEPATITIS B 
Hepatitis B adalah infeksi serius pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B bisa menyebabkan kondisi akut dan kronis pada pasien. Jika sudah memasuki level kronis, penyakit ini bisa membahayakan nyawa penderitanya. Jika tidak segera ditangani, pendertia hepatitis B kronis berisiko terkena sirosis, kanker hati, atau gagal hati.
Hasil gambar untuk hepatitis b
Hepatitis B sulit dikenali karena gejala-gejalanya tidak langsung terasa dan bahkan ada yang sama sekali tidak muncul. Karena itulah, banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi. Virus ini biasanya berkembang selama 1-5 bulan sejak terjadi pajanan terhadap virus sampai kemunculan gejala pertama.
Beberapa gejala umum hepatitis B antara lain:
§  Kehilangan nafsu makan.
§  Mual dan muntah.
§  Nyeri di perut bagian bawah.
§  Sakit kuning (dilihat dari kulit dan bagian putih mata yang menguning).
§  Gejala yang mirip pilek, misalnya lelah, nyeri pada tubuh, dan sakit kepala.
Penderita Hepatitis B di Indonesia
Hepatitis B merupakan masalah kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan lebih dari 680 ribu orang meninggal dunia tiap tahun akibat komplikasi hepatitis B, seperti siroris dan kanker hati.
Di Indonesia sendiri, hasil riset Kesehatan Dasar pada yang dirilis pada 2015 menunjukkan bahwa penderita hepatitis di Indonesia diperkirakan mencapai 28 juta orang, dimana setengah di antaranya berpotensi untuk menjadi kronis, dan 10 persen dari risiko kronis tersebut akan mengalami sirosis atau bahkan kanker hati.
Cara Penularan Hepatitis B
Hepatitis B dapat menular melalui darah dan cairan tubuh, misalnya sperma dan cairan vagina. Beberapa cara penularan umumnya antara lain:
§  Kontak seksual. Misalnya berganti-ganti pasangan dan berhubungan seks tanpa alat pengaman.
§  Berbagi jarum suntik. Misalnya menggunakan alat suntik yang sudah terkontaminasi darah penderita hepatitis B.
§  Kontak dengan jarum suntik secara tidak disengaja. Misalnya petugas kesehatan (paramedis) yang sering berurusan dengan darah manusia.
§  Ibu dan bayi. Ibu yang sedang hamil dapat menularkan penyakit ini pada bayinya saat persalinan.
Diagnosis pada Hepatitis B
Diagnosis hepatitis B dilakukan melalui serangkaian pemeriksaan darah, yakni tes antigen dan antibodi untuk virus hepatitis B, serta pemeriksaan darah untuk melihat fungsi hati.
Ada tiga jenis pemeriksaan antigen dan antibodi untuk hepatitis B, yakni hepatitis B surface antigen (HbsAg), hepatitis B core antigen (HbcAg), antibodi hepatitis B surface antigen (anti-HbsAg). Masing-masing tes ini memiliki fungsi yang berbeda, dan akan dijelaskan lebih mendetail pada bagian diagnosis.
Tes fungsi hati dilakukan untuk memeriksa kemungkinan menderita penyakit hati lainnya. Hal ini dikarenakan gejala hepatitis B seringkali menyerupai penyakit lainnya, terutama gangguan di hati. Pada pemeriksaan ini, akan dilihat apakah terdapat peningkatan enzim hati, yang menandakan bahwa hati Anda sedang berada di bawah tekanan atau sedang mengalami gangguan tertentu.
Hepatitis B Akut dan Kronis
Ada dua jenis infeksi hepatitis B, yaitu akut (terjadi dalam waktu singkat) dan kronis (jangka panjang). Infeksi akut umumnya dialami oleh orang dewasa. Jika mengalami hepatitis B akut, sistem kekebalan tubuh Anda biasanya dapat melenyapkan virus dari tubuh dan Anda akan sembuh dalam beberapa bulan.
Hepatitis B kronis terjadi saat virus tinggal dalam tubuh selama lebih dari enam bulan. Jenis hepatitis B ini lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Anak-anak yang terinfeksi virus pada saat lahir berisiko mengalami hepatitis B empat sampai lima kali lebih besar dibanding anak-anak yang terinfeksi pada masa balita.
Sebanyak 20 persen orang dewasa yang terpapar virus ini akan berujung pada diagnosis hepatitis B kronis. Penderita hepatitis B kronis bisa menularkan virus meski tanpa menunjukkan gejala apa pun. Berdasarkan penelitian WHO, sekitar 3 dari 10 penderita hepatitis B kronis akan mengalami sirosis.
Sirosis adalah kerusakan hati jangka panjang atau kronis yang menyebabkan luka pada hati. Perkembangan penyakit yang perlahan-lahan mengakibatkan jaringan sehat digantikan oleh jaringan rusak. Fungsi hati dalam memproses nutrisi, hormon, obat, dan racun yang diproduksi tubuh akan melambat.
Pengobatan Hepatitis B
Tidak ada langkah khusus dalam pengobatan hepatitis B. Tujuan pengobatan kondisi ini adalah untuk mengurangi gejala dengan obat pereda sakit, serta menjaga kenyamanan sehari-hari si penderita dan keseimbangan gizinya.
Sementara itu, pengobatan untuk hepatitis B kronis tergantung pada tingkat keparahan infeksi pada hati. Penanganan penyakit ini adalah menggunakan obat-obatan yang berfungsi untuk menghambat produksi virus dan mencegah kerusakan pada hati.
Vaksin dan Pencegahan Hepatitis B
Langkah efektif dalam pencegahan hepatitis B adalah dengan melakukan vaksin. Di Indonesia sendiri, vaksin hepatitis B termasuk vaksin wajib dalam imunisasi. Proses pemberian vaksin dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu saat anak lahir, saat anak berusia 1 bulan, dan pada saat anak berusia 3-6 bulan. Meskipun begitu, orang dewasa dari segala usia pun dianjurkan untuk menerima vaksin hepatitis B, terutama apabila mereka berisiko tinggi tertular hepatitis B. Contohnya seperti:
§  Orang yang memiliki lebihdari satu pasangan seksual.
§  Orang yang menggunakan obat suntik atau berhubungan seks dengan pengguna obat suntik.
§  Petugas kesehatan (paramedis) yang berisiko terpapar virus hepatitis B.
§  Orang yang tinggal serumah dengan penderita hepatitis B.
§  Penderita penyakit hati kronis.
§  Penderita penyakit ginjal.
Pemeriksaan hepatitis B juga diterapkan bagi ibu hamil. Jika sang ibu mengidap penyakit ini, bayinya harus menerima vaksin pada saat lahir (12 jam setelah persalinan) untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi. Langkah lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena hepatitis B di antaranya adalah:
§  Berhenti atau jangan menggunakan obat-obatan terlarang.
§  Hindari berbagi penggunaan barang seperti sikat gigi, anting-anting, ataualat cukur.
§  Waspadalah saat ingin menindik ataumenato tubuh.
§  Jangan berhubungan seks tanpa alat pengaman kecuali Anda yakin pasangan Anda tidak memiliki hepatitis B atau penyakit kelamin menular lainnya.
Apabila Anda telah melakukan kontak dengan salah seorang penderita hepatitis B dalam rentang waktu 24 jam terakhir, segera periksakan diri ke dokter. Risiko penularan penyakit ini dapat diturunkan dengan pemberian suntikan imunoglobulin hepatitis B. Ini adalah larutan obat yang berisi antibodi guna melawan virus hepatitis B.


HEPATITIS C


Hepatitis C adalah salah satu penyakit yang dapat menyerang hati. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini dapat memicu infeksi dan inflamasi pada hati.

Hepatitis C umumnya tidak menunjukkan gejala pada tahap-tahap awal. Karena itu, sekitar penderita hepatitis C tidak menyadari bahwa dirinya sudah tertular sampai akhirnya menderita kerusakan hati bertahun-tahun kemudian.
Hasil gambar untuk hepatitis c
Sekalipun ada gejala hepatitis C yang muncul, indikasinya mirip dengan penyakit-penyakit lain sehingga sulit disadari. Beberapa di antaranya adalah selalu merasa lelah, pegal-pegal, serta tidak nafsu makan.
Hepatitis C Akut dan Kronis
Virus hepatitis C dapat menyebabkan infeksi akut dan kronis.
Hepatitis C akut adalah infeksi yang terjadi pada 6 bulan pertama. Infeksi ini biasanya tanpa gejala dan jarang yang mematikan. Sekitar 15-45 persen penderitanya berhasil sembuh dari penyakit ini tanpa penanganan khusus.
Sementara 55 hingga 85 persen sisanya akan menyimpan virus untuk waktu yang lama yang kemudian berkembang menjadi infeksi hepatitis C kronis. Penderita hepatitis C kronis memiliki risiko sekitar 15-30 persen untuk terkena sirosis hati dalam waktu 20 tahun. Sirosis Komplikasi ini dapat berakibat fatal.
Menurut WHO, jumlah penderita hepatitis C kronis di dunia mencapai 130 hingga 150 juta jiwa dan ada sekitar 700 ribu jiwa yang mengidap penyakit hati yang disebabkan oleh hepatitis C. Sedangkan di Indonesia, tercatat ada setidaknya 28 juta penduduk yang menderita hepatitis C serta B dan separuh di antaranya berkembang menjadi kronis.
Cara Penularan Hepatitis C
Virus hepatitis C berkembang dalam darah. Karena itu, kita akan tertular hepatitis C jika mengalami kontak dengan darah penderita.
Cara penularan hepatitis C yang paling umum terjadi adalah melalui jarum suntik, misalnya pengguna obat-obatan terlarang yang berbagi jarum suntik atau menjalani proses pembuatan tato di tempat yang tidak memiliki peralatan steril. Di samping itu, saling meminjamkan barang pribadi seperti gunting kuku dan sikat gigi serta hubungan seks bebas juga dapat mempertinggi risiko seseorang untuk tertular penyakit ini.
Meski demikian, virus hepatitis C tidak akan menular melalui air susu ibu, makanan, minuman, maupun bersentuhan seperti bersalaman atau berpelukan.
Diagnosis dan Pengobatan Hepatitis C
Apabila ditangani sedini mungkin, kerusakan hati pada penderita hepatitis C dapat dicegah dan dihambat. Karena itu, orang-orang yang berisiko tinggi tertular penyakit ini disarankan untuk menjalani tes darah guna mendiagnosis hepatitis C. Misalnya, orang yang pernah atau aktif menggunakan obat-obatan terlarang lewat suntikan atau yang pernah menjalani transfusi darah.
Jika positif mengidap hepatitis C, Anda belum tentu membutuhkan pengobatan. Sistem kekebalan tubuh umumnya mampu memberantas infeksi dasn tidak semua pengidap hepatitis C kronis pasti akan mengalami kerusakan hati.
Hepatitis C akut biasanya bisa sembuh tanpa penanganan khusus. Sementara penderita hepatitis C kronis membutuhkan langkah penanganan melalui obat-obatan antivirus. Obat tersebut akan menghentikan perkembangan virus dan mencegah kerusakan hati. Contoh antivirus yang umum digunakan adalah interferon dan ribavirin.
Para pakar kemudian berhasil menemukan  jenis obat baru yang lebih efektif sekaligus lebih aman dan bisa ditoleransi oleh tubuh. Nama obat terbaru itu adalah direct antiviral agent (DAA).
Harap diingat bahwa jika pernah mengidap dan sembuh dari hepatitis C, bukan berarti tubuh Anda memiliki kekebalan sepenuhnya terhadap virus tersebut. Meski sudah pulih, penderita hepatitis C harus berhati-hati karena tetap memiliki risiko untuk kembali terinfeksi penyakit yang sama.
Langkah Pencegahan Hepatitis C
Hepatitis C belum bisa dicegah dengan vaksinasi. Tetapi ada beberapa cara yang dapat kita lakukan  untuk menurunkan risiko penularan, misalnya berhenti atau tidak menggunakan obat-obatan terlarang. Tidak berbagi penggunaan barang-barang pribadi yang berpotensi terkontaminasi darah (seperti gunting kuku dan sikat gigi) juga bisa dilakukan sebagai pencegahan.
Meski penyakit ini jarang menular melalui hubungan seks, penggunaan alat pengaman seperti kondom dapat menghindarkan Anda dari hepatitis C. Terutama jika terjadi kontak dengan darah, misalnya seks anal atau darah menstruasi.


Penderita hepatitis C juga lebih berisiko untuk terkena hepatitis jenis lain. Dokter umumnya menganjurkan vaksinasi untuk mencegah hepatitis A dan B.

1 komentar:

  1. Meski tidak memiliki risiko yang berbahaya, sebaiknya kita tetap mencegah penyakit hepatitis A. Berikut adalah cara untuk mencegah tertular virus hepatitis A:
    1. Mencuci tangan sebelum makan dan mengolah makanan
    2. Tidak mengonsumsi makanan mentah secara sembarangan
    3. Tidak berbagi peralatan pribadi dengan orang lain
    4. Menghindari kontak langsung dengan penderita hepatitis A
    5. Vaksinasi virus hepatitis tipe A
    Info selengkapnya dapat anda baca di manfaat utsukushhii untuk hepatitis

    BalasHapus

TAHU ACI

Resep Tahu Aci Khas Tegal  – Tahu aci yaitu salah satu cemilan yang teramat khas dan populer dari kota Tegal. Tahu aci kebanyakan disajikan...