HEPATITIS A
Hepatitis A merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus hepatitis tipe A dan menyerang sel-sel hati manusia.
Setiap tahunnya di Asia Tenggara, kasus hepatitis A menyerang sekitar 400.000
orang per tahunnya dengan angka kematian hingga 800 jiwa. Sebagian besar
penderita hepatitis A adalah anak-anak.
Gejala awal yang dapat muncul
meliputi demam, mual, muntah, nyeri pada sendi dan otot, serta diare.
Ketika organ hati sudah mulai terserang, ada beberapa gejala lain yang akan
muncul, yaitu urine berwarna gelap, tinja berwarna pucat, sakit
kuning dan gatal-gatal. Selain itu, daerah perut bagian kanan atas juga
akan terasa sakit terutama jika ditekan.
Tetapi tidak semua pengidap
mengalami gejala hepatitis A. Karena itu, penyakit ini kadang sulit untuk
disadari. Hanya satu dari sepuluh penderita hepatitis A di bawah umur 6 tahun
yang mengalami sakit kuning. Sedangkan pada remaja dan orang dewasa, penyakit
ini biasanya menyebabkan gejala yang lebih parah dan 70 persen di antaranya
akan mengalami sakit kuning.
Tidak seperti dua jenis hepatitis lainnya
yakni hepatitis B dan hepatitis C, infeksi akibat hepatitis A ini tidak
menyebabkan gangguan hati jangka panjang (kronis), dan jarang berakibat fatal.
Namun, hepatitis A dapat menyebabkan munculnya gejala kerusakan hati akut, yang
mana cukup berbahaya dan berpotensi mengancam nyawa.
Penyebab
dan Penularan Hepatitis A
style="background-color: white; border: 0px;
color: black; cursor: pointer; font-family: museosans300, sans-serif;
font-size: 16px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align:
baseline;" target="_blank">Penyebab penyakit ini
adalah virus hepatitis A yang dapat menyebar
dengan sangat mudah. Cara penyebaran utamanya adalah melalui makanan atau
minuman yang telah terkontaminasi oleh tinja pengidap hepatitis A. Beberapa
faktor risiko yang dapat meningkatkan penyebaran virus ini meliputi:
§
Sanitasi yang buruk.
§
Kontak langsung dengan pengidap.
§
Berbagi jarum suntik.
§
Berhubungan seks dengan pengidap, terutama seks anal.
§
Pria yang berhubungan seks dengan sesama pria.
§
Bekerja di area yang berhubungan dengan kotoran, misalnya selokan.
Langkah Pengobatan Hepatitis A
Penyakit ini tidak memiliki langkah penanganan khusus
karena sistem kekebalan tubuh akan melenyapkan virus dengan sendirinya.
Namun, dokter mungkin akan meresepkan obat untuk meringankan gejala-gejala
yang dialami pengidapnya. Penanganannya meliputi mengonsumsi obat pereda gatal,
sakit, mual dan muntah sesuai dosis. Organ hati juga perlu dibiarkan untuk
beristirahat misalnya dengan tidak mengonsumsi minuman keras dan berhati-hati
dengan obat-obat yang bisa berdampak pada hati.
Waktu yang dibutuhkan pengidap untuk pulih sepenuhnya dari penyakit ini
biasanya beberapa bulan. Pengidap yang berhasil sembuh total akan memiliki
kekebalan tubuh terhadap penyakit ini.
Risiko Komplikasi
Hepatitis A
Infeksi hepatitis A umumnya tidak menyebabkan penyakit
hati jangka panjang (kronis) dan jarang yang berakibat fatal. Meski demikian,
penyakit ini berpotensi menyebabkan gagal hati terutama pada mereka yang telah
mengidap penyakit hati sebelum terinfeksi hepatitis A dan penderita manula.
Selain itu, pada sebagian penderita infeksi ini bisa kambuh atau kembali lagi.
Cara-cara Mencegah Hepatitis A
Karena penyebaran utamanya adalah melalui konsumsi sesuatu
yang terkontaminasi, langkah utama pencegahan hepatitis A adalah
dengan menjaga kebersihan. Langkah ini dapat dilakukan dengan mudah, misalnya
selalu mencuci tangan, menghindari konsumsi makanan mentah atau kurang matang
serta menghindari konsumsi air mentah yang tidak terjamin kebersihannya.
Selain itu, vaksinasi hepatitis A juga dapat mencegah penyakit ini.
Terutama bagi mereka yang memiliki risiko tinggi seperti orang yang mengidap
penyakit hati kronis, serta pengguna jarum suntik yang tidak steril.
HEPATITIS B
Hepatitis B adalah infeksi serius pada hati yang disebabkan oleh virus
hepatitis B (HBV). Hepatitis B bisa menyebabkan kondisi akut dan kronis pada
pasien. Jika sudah memasuki level kronis, penyakit ini bisa membahayakan nyawa
penderitanya. Jika tidak segera ditangani, pendertia hepatitis B kronis
berisiko terkena sirosis, kanker hati, atau gagal hati.
Hepatitis B sulit dikenali karena gejala-gejalanya tidak langsung terasa
dan bahkan ada yang sama sekali tidak muncul. Karena itulah, banyak orang yang
tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi. Virus ini biasanya berkembang
selama 1-5 bulan sejak terjadi pajanan terhadap virus sampai kemunculan gejala
pertama.
Beberapa gejala umum hepatitis B antara lain:
§
Kehilangan nafsu makan.
§
Mual dan muntah.
§
Nyeri di perut bagian bawah.
§
Sakit kuning (dilihat dari kulit dan bagian putih mata yang menguning).
§
Gejala yang mirip pilek, misalnya lelah, nyeri pada tubuh, dan sakit
kepala.
Penderita Hepatitis B di
Indonesia
Hepatitis B merupakan masalah
kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan lebih dari 680 ribu orang meninggal dunia tiap tahun akibat
komplikasi hepatitis B, seperti siroris dan kanker hati.
Di Indonesia sendiri, hasil riset Kesehatan Dasar pada yang dirilis pada
2015 menunjukkan bahwa penderita hepatitis di Indonesia diperkirakan mencapai
28 juta orang, dimana setengah di antaranya berpotensi untuk menjadi kronis,
dan 10 persen dari risiko kronis tersebut akan mengalami sirosis atau bahkan
kanker hati.
Cara Penularan Hepatitis
B
Hepatitis B dapat menular melalui
darah dan cairan tubuh, misalnya sperma dan cairan vagina. Beberapa cara
penularan umumnya antara lain:
§ Kontak seksual. Misalnya
berganti-ganti pasangan dan berhubungan seks tanpa alat pengaman.
§ Berbagi jarum suntik. Misalnya menggunakan
alat suntik yang sudah terkontaminasi darah penderita hepatitis B.
§ Kontak dengan jarum suntik secara tidak
disengaja. Misalnya petugas kesehatan (paramedis) yang sering berurusan dengan darah
manusia.
§ Ibu dan bayi. Ibu yang sedang hamil
dapat menularkan penyakit ini pada bayinya saat persalinan.
Diagnosis pada Hepatitis
B
Diagnosis hepatitis B dilakukan
melalui serangkaian pemeriksaan darah, yakni tes antigen dan antibodi untuk
virus hepatitis B, serta pemeriksaan darah untuk melihat fungsi hati.
Ada tiga jenis pemeriksaan antigen dan antibodi untuk hepatitis B, yakni
hepatitis B surface antigen (HbsAg), hepatitis
B core antigen (HbcAg), antibodi
hepatitis B surface antigen (anti-HbsAg).
Masing-masing tes ini memiliki fungsi yang berbeda, dan akan dijelaskan lebih
mendetail pada bagian diagnosis.
Tes fungsi hati dilakukan untuk memeriksa kemungkinan menderita penyakit
hati lainnya. Hal ini dikarenakan gejala hepatitis B seringkali menyerupai
penyakit lainnya, terutama gangguan di hati. Pada pemeriksaan ini, akan dilihat
apakah terdapat peningkatan enzim hati, yang menandakan bahwa hati Anda sedang
berada di bawah tekanan atau sedang mengalami gangguan tertentu.
Hepatitis B Akut dan
Kronis
Ada dua jenis infeksi hepatitis B,
yaitu akut (terjadi dalam waktu singkat) dan kronis (jangka panjang). Infeksi
akut umumnya dialami oleh orang dewasa. Jika mengalami hepatitis B akut, sistem
kekebalan tubuh Anda biasanya dapat melenyapkan virus dari tubuh dan Anda akan
sembuh dalam beberapa bulan.
Hepatitis B kronis terjadi saat virus tinggal dalam tubuh selama lebih dari
enam bulan. Jenis hepatitis B ini lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak.
Anak-anak yang terinfeksi virus pada saat lahir berisiko mengalami hepatitis B
empat sampai lima kali lebih besar dibanding anak-anak yang terinfeksi pada
masa balita.
Sebanyak 20 persen orang dewasa yang terpapar virus ini akan berujung pada
diagnosis hepatitis B kronis. Penderita hepatitis B kronis bisa menularkan
virus meski tanpa menunjukkan gejala apa pun. Berdasarkan penelitian WHO,
sekitar 3 dari 10 penderita hepatitis B kronis akan mengalami sirosis.
Sirosis adalah kerusakan hati jangka panjang atau kronis yang menyebabkan
luka pada hati. Perkembangan penyakit yang perlahan-lahan mengakibatkan
jaringan sehat digantikan oleh jaringan rusak. Fungsi hati dalam memproses
nutrisi, hormon, obat, dan racun yang diproduksi tubuh akan melambat.
Pengobatan Hepatitis B
Tidak ada langkah khusus dalam
pengobatan hepatitis B. Tujuan pengobatan kondisi ini adalah untuk mengurangi
gejala dengan obat pereda sakit, serta menjaga kenyamanan sehari-hari si
penderita dan keseimbangan gizinya.
Sementara itu, pengobatan untuk hepatitis B kronis tergantung pada tingkat
keparahan infeksi pada hati. Penanganan penyakit ini adalah menggunakan
obat-obatan yang berfungsi untuk menghambat produksi virus dan mencegah
kerusakan pada hati.
Vaksin dan Pencegahan
Hepatitis B
Langkah efektif dalam pencegahan
hepatitis B adalah dengan melakukan vaksin. Di Indonesia sendiri, vaksin
hepatitis B termasuk vaksin wajib dalam imunisasi. Proses pemberian vaksin
dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu saat anak lahir, saat anak berusia 1 bulan,
dan pada saat anak berusia 3-6 bulan. Meskipun begitu, orang dewasa dari segala
usia pun dianjurkan untuk menerima vaksin hepatitis B, terutama apabila mereka
berisiko tinggi tertular hepatitis B. Contohnya seperti:
§
Orang yang memiliki lebihdari satu pasangan seksual.
§
Orang yang menggunakan obat suntik atau berhubungan seks dengan pengguna
obat suntik.
§
Petugas kesehatan (paramedis) yang berisiko terpapar virus hepatitis B.
§
Orang yang tinggal serumah dengan penderita hepatitis B.
§
Penderita penyakit hati kronis.
§
Penderita penyakit ginjal.
Pemeriksaan hepatitis B juga
diterapkan bagi ibu hamil. Jika sang ibu mengidap penyakit ini, bayinya harus
menerima vaksin pada saat lahir (12 jam setelah persalinan) untuk mencegah
penularan dari ibu ke bayi. Langkah lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi
risiko terkena hepatitis B di antaranya adalah:
§
Berhenti atau jangan menggunakan obat-obatan terlarang.
§
Hindari berbagi penggunaan barang seperti sikat gigi, anting-anting,
ataualat cukur.
§
Waspadalah saat ingin menindik ataumenato tubuh.
§
Jangan berhubungan seks tanpa alat pengaman kecuali Anda yakin pasangan
Anda tidak memiliki hepatitis B atau penyakit kelamin menular lainnya.
Apabila Anda telah melakukan kontak
dengan salah seorang penderita hepatitis B dalam rentang waktu 24 jam terakhir,
segera periksakan diri ke dokter. Risiko penularan penyakit ini dapat
diturunkan dengan pemberian suntikan imunoglobulin hepatitis B. Ini adalah
larutan obat yang berisi antibodi guna melawan virus hepatitis B.
HEPATITIS C
Hepatitis C adalah salah satu penyakit
yang dapat menyerang hati. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini dapat memicu
infeksi dan inflamasi pada hati.
Hepatitis C umumnya tidak menunjukkan gejala pada tahap-tahap awal. Karena
itu, sekitar penderita hepatitis C tidak menyadari bahwa dirinya sudah tertular
sampai akhirnya menderita kerusakan hati bertahun-tahun kemudian.
Sekalipun ada gejala hepatitis C yang muncul, indikasinya mirip
dengan penyakit-penyakit lain sehingga sulit disadari. Beberapa di antaranya
adalah selalu merasa lelah, pegal-pegal, serta tidak nafsu makan.
Hepatitis C Akut dan Kronis
Virus hepatitis C dapat menyebabkan infeksi akut dan
kronis.
Hepatitis C akut adalah infeksi yang terjadi pada 6 bulan pertama. Infeksi
ini biasanya tanpa gejala dan jarang yang mematikan. Sekitar 15-45 persen
penderitanya berhasil sembuh dari penyakit ini tanpa penanganan khusus.
Sementara 55 hingga 85 persen sisanya akan menyimpan virus untuk waktu yang
lama yang kemudian berkembang menjadi infeksi hepatitis C kronis. Penderita
hepatitis C kronis memiliki risiko sekitar 15-30 persen untuk terkena sirosis
hati dalam waktu 20 tahun. Sirosis Komplikasi ini dapat berakibat fatal.
Menurut WHO, jumlah penderita hepatitis C kronis di dunia mencapai 130
hingga 150 juta jiwa dan ada sekitar 700 ribu jiwa yang mengidap penyakit hati
yang disebabkan oleh hepatitis C. Sedangkan di Indonesia, tercatat ada
setidaknya 28 juta penduduk yang menderita hepatitis C serta B dan separuh di
antaranya berkembang menjadi kronis.
Cara Penularan Hepatitis C
Virus hepatitis C berkembang dalam darah. Karena itu,
kita akan tertular hepatitis C jika mengalami kontak dengan darah penderita.
Cara penularan hepatitis C yang paling umum terjadi adalah melalui jarum
suntik, misalnya pengguna obat-obatan terlarang yang berbagi jarum suntik atau
menjalani proses pembuatan tato di tempat yang tidak memiliki peralatan steril.
Di samping itu, saling meminjamkan barang pribadi seperti gunting kuku dan
sikat gigi serta hubungan seks bebas juga dapat mempertinggi risiko seseorang
untuk tertular penyakit ini.
Meski demikian, virus hepatitis C tidak akan menular melalui air susu ibu,
makanan, minuman, maupun bersentuhan seperti bersalaman atau berpelukan.
Diagnosis dan Pengobatan Hepatitis C
Apabila ditangani sedini mungkin, kerusakan hati
pada penderita hepatitis C dapat dicegah dan dihambat. Karena itu, orang-orang
yang berisiko tinggi tertular penyakit ini disarankan untuk menjalani tes darah
guna mendiagnosis hepatitis C. Misalnya, orang yang
pernah atau aktif menggunakan obat-obatan terlarang lewat suntikan atau yang
pernah menjalani transfusi darah.
Jika positif mengidap hepatitis C, Anda belum tentu membutuhkan pengobatan.
Sistem kekebalan tubuh umumnya mampu memberantas infeksi dasn tidak semua
pengidap hepatitis C kronis pasti akan mengalami kerusakan hati.
Hepatitis C akut biasanya bisa sembuh tanpa penanganan khusus. Sementara
penderita hepatitis C kronis membutuhkan langkah penanganan melalui obat-obatan
antivirus. Obat tersebut akan menghentikan perkembangan virus dan mencegah
kerusakan hati. Contoh antivirus yang umum digunakan adalah interferon dan ribavirin.
Para pakar kemudian berhasil menemukan jenis obat baru yang lebih
efektif sekaligus lebih aman dan bisa ditoleransi oleh tubuh. Nama obat
terbaru itu adalah direct antiviral agent (DAA).
Harap diingat bahwa jika pernah mengidap dan sembuh dari hepatitis C, bukan
berarti tubuh Anda memiliki kekebalan sepenuhnya terhadap virus tersebut. Meski
sudah pulih, penderita hepatitis C harus berhati-hati karena tetap memiliki
risiko untuk kembali terinfeksi penyakit yang sama.
Langkah Pencegahan Hepatitis C
Hepatitis C belum bisa dicegah dengan vaksinasi.
Tetapi ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menurunkan risiko
penularan, misalnya berhenti atau tidak menggunakan obat-obatan terlarang.
Tidak berbagi penggunaan barang-barang pribadi yang berpotensi terkontaminasi
darah (seperti gunting kuku dan sikat gigi) juga bisa dilakukan sebagai
pencegahan.
Meski penyakit ini jarang menular melalui hubungan seks, penggunaan alat
pengaman seperti kondom dapat menghindarkan Anda dari hepatitis C. Terutama
jika terjadi kontak dengan darah, misalnya seks anal atau darah
menstruasi.
Penderita hepatitis C juga lebih berisiko untuk terkena hepatitis jenis
lain. Dokter umumnya menganjurkan vaksinasi untuk mencegah hepatitis A dan B.
Meski tidak memiliki risiko yang berbahaya, sebaiknya kita tetap mencegah penyakit hepatitis A. Berikut adalah cara untuk mencegah tertular virus hepatitis A:
BalasHapus1. Mencuci tangan sebelum makan dan mengolah makanan
2. Tidak mengonsumsi makanan mentah secara sembarangan
3. Tidak berbagi peralatan pribadi dengan orang lain
4. Menghindari kontak langsung dengan penderita hepatitis A
5. Vaksinasi virus hepatitis tipe A
Info selengkapnya dapat anda baca di manfaat utsukushhii untuk hepatitis